Sidebar Ad

Contoh Soal Perhitungan Harga Pokok Penjualan Perjuangan Dagang

Perhitungan Harga Pokok Penjualan Usaha Dagang

Tulisan ini yaitu lanjutan goresan pena pada postingan sebelumnya ihwal harga pokok penjualan dalam perusahaan dagang.

Kali ini akan dibahas ihwal tumpuan perhitungan harga pokok penjualan (HPP) dalam perjuangan dagang atau yang juga dikenal dengan Cost of Goods Sold (COGS)

Perhitungan COGS atau HPP perjuangan dagang ini rumusnya sederhana:

Harga Pokok Penjualan = Inventory Cost + Biaya Overhead 

Inventory Cost = Persediaan Awal + Pembelian - Persediaan Akhir

Pembelian = Pembelian + Ongkos Angkut - Potongan Harga - Pengembalian (return)

Contoh Kasus Perhitungan COGS 

UD Ali Sejahtera bergerak dibidang pedagang furniture di salah satu sentra perbelanjaan , pada awal bulan tanggal 01 Maret 2015 mempunyai persediaan furniture senilai 1.000.000.

Sepanjang bulan Maret 2015 UD Ali Sejahtera membeli persediaan barang dagangannya dari pengrajin furniture sebesar Rp 48.000.000 dengan ongkos kirim yang ditanggung sebesar Rp 1.000.000.

Pada bulan yang sama , UD Ali Sejahtera mencatat transaksi penjualan sebanyak Rp 65.000.000.

Pada final periode bulan maret , tanggal 31 Maret 2015 terjadi beberapa aktivitas:
  • UD Ali Sejahtera membayar beban listrik sebesar Rp 350.000 , 
  • Biaya Air PAM sebesar Rp 50.000 , 
  • Membayar uang sewa lapak tenant sebesar Rp 10.000.000 , 
  • Membayar honor pegawai/penjaga toko sebesar Rp 800.000 
  • Membayar biaya ongkos kirim furniture antar ke pelanggan Rp 500.000
Ketika dilakukan penghitungan fisik furniture , saldo final persediaan furniture diketahui hanya tersisa lemari kecil seharga Rp 300.000 saja.

Permasalahan :
  1. Berapa HPP (COGS) UD Ali Sejahtera pada periode bulan Maret 2015?
  2. Berapa besaran Laba Kotor UD Ali Sejahtera pada bulan Maret 2015?

Penyelesaian:

1. Harga Pokok Penjualan (HPP)

COGS = Inventory Cost + Biaya Overhead

Inventory Cost : Persediaan Awal + Pembelian – Persediaan Akhir
: Rp 1.000.000 + (Rp 48.000.000 + Rp 1.000.000) - Rp 300.000
: Rp 49.700.000

Biaya Overhead , mari kita pilah terlebih dahulu :
  • Listrik , apakah termasuk biaya overhead ? 
Tidak termasuk , sebab berapapun nominal yang dibayarkan untuk listrik tetap
  • Biaya Air PAM , apakah termasuk overhead ? 
Tidak termasuk , alasannya sama , berapapun jumlah nominal yang dibayar untuk PDAM tetap
  • Sewa Tenant , apakah termasuk overhead ? 
Tidak Termasuk , Alasannya juga sama
  • Gaji Penjaga Toko , apakah termasuk overhead ?
Tidak Termasuk , alasannya sama , honor penjaga toko berapapun jumlah yang dihasilkan , gajinya tetap sama.
  • Ongkos kirim furniture hingga ketempat pelanggan ?
Ya , ini termasuk sebesar Rp 500.000
Total Biaya Overhead dicatat sebesar Rp 500.000

Kaprikornus Harga Pokok Penjualan sanggup kita hitung:

COGS : Inventory Cost + Biaya Overhead
: Rp 49.700.000 + Rp 500.000
: Rp 50.200.000

2. Laba Kotor Bulan Maret 2015

Laba Kotor : Penjualan – Harga Pokok Penjualan
: Rp 65.000.000 - Rp 50.200.000
: Rp 14.800.000


Bagaimana , Tidak sulit bukan?

Yap , pada umumnya tipe tipe tumpuan kasus yang sering kali kita temui memang semudah itu.

Tapi apakah pernah terpikirkan darimana asalnya saldo persediaan final senilai Rp 300.000 itu didapat?

Ini beliau kuncinya..!

Penilaian Persediaan dan Penentuan Harga Pokok Penjualan


Untuk menilai sebuah persediaan barang mungkin praktis - praktis susah.

Dimana letak gampangnya ?

Apabila jenis barang dagang tersebut mempunyai sifat yang unik , artinya barang yang satu dengan barang yang lain berbeda baik itu dari harga , ukuran barang , kualitas , harga unitnya , tentu sanggup dengan praktis kita memanagenya , apalagi barangnya berjumlah sedikit.

Kita sanggup tinggal pasang hanging tag atau sticker pada tiap tiap barang , spesifikasi dan harga unit ditiap tiap sticker.

Lalu lalu pada final periode kita sanggup lakukan perhitungan fisik (physical count).

Selesai sudah.. dalam akuntansi , ini biasanya diistilahkan dengan Physical Count Method

Lalu diamana letak susahnya ?

Bagaimana apabila barang dagangnya tunggal dan juga tidak unik.

Karakter barang mempunyai bentuk fisik yang sama , warnanya sama , bentuk dan ukurannya pun tak berbeda , kualitas barang relatif sama , yang dijual hanya barang itu saja dari waktu ke waktu ,

Akan tetapi harga beli berbeda , bervariasi.

Harga jualnya pun tentu berbeda beda

Lalu bagaimana cara menghitungnya ?

Bagaimana cara dalam penentuan inventorynya?

Bagaimana penentuan inventory costnya ?

Lho bukannya harga beli sudah diketahui , harusnya sanggup ditentukan besaran inventory costnya (?)

Sekedar ilustrasi
UD Ali Sejahtera pada tanggal 3 Januari mempunyai stok lemari kecil sebanyak 5 buah dengan harga kulakan sebesar Rp 400.000 per lemari kecil

Pada tangal 8 Januari kulakan lagi sebanyak 7 buah dengan harga Rp 450.000 per lemari kecil

Tanggal 10 Januari , UD Ali Sejahtera berhasil menjual sebanyak 11 lemari

Lalu yang menjadi pertanyaan.

Harus dihitung berapakah HPP nya?
Rp 400.000  atau Rp 450.000 ?

OK , akuntansi/">Akuntansi mempunyai 3 metode yang sanggup dipilih dan diterapkan dalam penentuan Harga Pokok juga sekaligus nilai persediaan barang pada final periode:
  • Metode Rata - Rata (Average Method)
  • Metode FIFO (FIFO Method)
  • Metode LIFO (LIFO Method)

Bagaimana penerapan ketiga metode diatas?

Eits , yang sabar ya ,..

Agar lebih lezat dibaca , akan saya tulis satu satu besarta tumpuan soal dan tanggapan penyelesaiannya.
Klik :

Sumber https://duniaaktaunik1.blogspot.com/
Sumber http://chocgurlz-syzas.blogspot.com/
Sumber http://davidcawthray.blogspot.com/
Sumber https://hizzamzone.blogspot.com/
Sumber https://lyacygdye.blogspot.com/

Subscribe to receive free email updates: